Wednesday, January 19, 2022

Memandikan Bayi





Memandikan bayi mebutuhkan keahlian dan pengetahuan khusus, informasi tentang cara memandikan bayi baru lahir ini sangat bermanfaat untuk orang tua khususnya ibu pasca melahirkan.

Salah satu perawatan pada bayi baru lahir adalah menjaga kebersihan tubuh bayi dengan memandikannya setiap hari.

Caranya pun cukup sederhana namun bunda harus memperhatikan setiap tahapannya agar bayi tetap aman dan nyaman.

Tubuh bayi masih sangat sensitif terhadap suhu, baik suhu udara atau suhu air.

Selain itu, kulit bayi juga rentan mengalami iritasi sehingga bunda harus sangat berhati-hati saat memandikan si kecil.

Kapan Waktu Yang Tepat Memandikan Bayi?

Waktu yang tepat untuk memandikan bayi baru lahir sama seperti orang dewasa yaitu pagi dan sore hari.

Namun perhatikan kondisi bayi, jika bayi sangat rewel maka solusinya dapat dengan memberinya ASI.

Setelah dirasa bayi sudah tenang, jangan langsung memandikan bayi. Tunggu beberapa saat hingga perut bayi yang terisi ASI mulai mengempes.

Hal ini untuk menghindari ketidaknyamanan pada perut bayi saat dimandikan.

Belum lagi risiko bayi kaget dan menjadi rewel saat terkena air dapat memuntahkan isi perut bayi.

Tidak ada salahnya menunggu beberapa saat sambil bunda menyiapkan perlengkapan mandi untuk sang buah hati.

Perlengkapan Bayi Untuk Mandi

Persiapkan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan bayi untuk mandi, seperti:

  1. Handuk khusus bayi.
  2. Perlak.
  3. Pakaian ganti.
  4. Popok baru.
  5. Sabun dan sampo yang diformulakan khusus untuk bayi. Hati-hati memilih sabun karena dapat menyebabkan kulit bayi menjadi kering dan iritasi.
  6. Bak mandi bayi dan gayung.
  7. Air hangat.
  8. Waslap lembut.

Bunda dapat menyimpan seluruh perlengkapan tersebut di satu tempat agar mudah dijangkau dan digunakan kembali setiap akan memandikan bayi.

Panduan Memandikan Bayi Baru Lahir

Sebelum memulai memandikan bayi, ada baiknya bunda ditemani oleh orang lain seperti suami atau anggota keluarga lainnya untuk ikut serta membantu memandikan bayi. Cucilah tangan dengan sabun terlebih dahulu.

Memandikan bayi baru lahir dapat dilakukan di atas meja, siapkan perlak dan handuk yang nantinya digunakan untuk membalut bayi setelah mandi.

  1. Kulit bayi baru lahir sangat sensitif untuk itu pastikan suhu air yang digunakan antara 36°C dan 37°C. Bunda dapat memantau suhu air dengan pergelangan tangan atau siku untuk memastikan suhu air hangat dan tidak panas atau terlalu dingin.
  2. Setelah itu, topang si kecil dengan satu tangan di belakang kepala atau lehernya dan tangan yang lain di badannya. Pelan-pelan masukkan bayi ke dalam air dengan mendahulukan kaki, bokong hingga setelah badan bayi masuk ke dalam air.
  3. Pertahankan kepala bayi di atas permukaan air dengan satu tangan dan gunakan tangan yang lain untuk membasuh, mengelap dan membilas.
  4. Diawali dari atas terlebih dahulu, seperti bagian kepala dan wajah. Bersihkan mata dan wajahnya terlebih dahulu menggunakan kain lembut yang telah dicelupkan ke air hangat tanpa sabun. Bersihkan kelopak mata bayi dari dalam keluar.
  5. Kemudian, setelah bagian kepala bayi sudah bersih lanjutkan membersihkan bagian badan bayi. Pastikan area alat kelamin dibersihkan terlebih dahulu, baru bagian badan.
  6. Ketika semua bagian tubuh sudah dibersihkan, bilas dengan air hangat bersih secara perlahan menggunakan washlap.
  7. Angka bayi dan letakkan di handuk. Balut dan keringkan tubuh serta rambut bayi. Jika bayi menangis, peluk dan timang-timang sampai bayi tenang.
  8. Letakkan pada perlak, bersihkan tali pusar menggunakan cutton bud, jika perlu gantilah perban setiap hari untuk memastikan kebersihannya.
  9. Oleskan minyak penghangat pada perut dan punggung, selain itu gunakan juga krim pelembab pada lipatan tubuh bayi.
  10. Kenakan pakaian seperti popok, celana, baju, sarung tangan dan sarung kaki. Bila perlu bedong bayi agar tenang dan terhangatkan.

Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Memandikan Bayi

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan saat memandikan bayi:

  • Tidak terlalu lama, dalam memandikan bayi baru lahir disarankan jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan kulit bayi kering.
  • Bersihkan daerah lipatan atau area popok, pada lipatan tubuh bayi biasanya menjadi tempat kotoran atau sel-sel mati menumpuk, hal ini bisa memicu bakteri berkembang. Sedangkan pada area popok, bagian ini yang paling sensitif dan sering terjadi ruam atau iritasi.
  • Jangan meninggalkan bayi sendirian, meninggalkan bayi sendirian saat mandi sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan sesuatu yang tidak ingin. Jika ada keperluan mendesak, lebih baik bawa bayi bersama bunda.

Perawatan tali pusat bayi

Tali pusat bayi adalah “selang” yang membawa makanan dan oksigen dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya. Selain membawa kedua hal penting tersebut, tali pusat juga bertanggung jawab membawa sisa pencernaan dari janin, yang nantinya akan dibuang melalui sistem pencernaan Bunda. 

Setelah si kecil terlahir, dokter akan menjepit tali pusat tersebut dengan klem dan kemudian mengguntingnya. Meski merupakan bagian dari tubuh bayi, sesungguhnya tali pusat ini tidak memiliki saraf. Sehingga ketika dipotong, baik ibu maupun si kecil tidak akan merasa sakit. 

Ketika bayi baru lahir, tali pusatnya akan tampak kekuningan dan mengilap. Saat mengering, warna tali pusat akan berubah menjadi cokelat atau abu-abu, beberapa bayi bahkan memiliki tali pusat berwarna keunguan atau biru. 

Tali pusat yang mengering kemudian akan copot dengan sendirinya. Peristiwa lepasnya tali pusat ini biasanya terjadi di hari ke-10 sampai 14 hari setelah bayi lahir. Tapi, pada beberapa bayi bisa saja lebih lama dari perkiraan tersebut.  

Selama masih menempel pada pusarnya, maka ada beberapa langkah perawatan yang perlu dilakukan. Dalam melakukan perawatan tersebut, perhatikan hal-hal berikut ini: 

  • Hati-hati. Jangan menyentuh langsung atau menarik tali pusat. 
  • Jaga tali pusat tetap bersih dan kering. Sebab itu, hindari merendam bayi dalam bak ketika memandikan bayi baru lahir.  Lebih baik lap-lap tubuh bayi dengan busa bersabun, bilas dengan lap basah, dan kemudian keringkan dengan handuk mandi. 
  • Jangan melepas tali pusat bayi secara paksa. Pada akhirnya, tali pusat akan terlepas dengan sendirinya. Hindari membersihkan pangkal tali pusat dengan kapas beralkohol, ya Bun. 
  • Lipat popok sehingga bagian pinggangnya tidak mengenai atau menggesek tali pusat. 

Jika tali pusat si kecil tanpa sengaja terkena kotoran BAB-nya, bersihkan secara perlahan dengan sabun dan air. Selain itu, selalu cek tali pusat si kecil untuk melihat ada atau tidaknya infeksi. Segera periksa atau hubungi dokter jika Bunda melihat hal ini: 

  • Darah di ujung tali pusat 
  • Cairan berwarna putih kekuningan yang agak kental 
  • Bengkak atau kemerahan pada tali pusat
  • Bayi menangis atau menolak ketika Bunda menyentuh salah satu bagian tali pusat.  

Jika si kecil terlahir dengan berat badan rendah (di bawah 2,5 kg) atau lahir prematur atau memiliki masalah kesehatan lain, ada kemungkinan ia lebih rentan mengalami infeksi. Ada baiknya lebih awas menjaga kesehatannya dan memperhatikan adanya tanda-tanda di atas ya, Bun. 

Setelah tali pusat bayi puput 

Ketika hal ini terjadi, jangan panik saat Bunda melihat ada beberapa tetes darah pada popoknya. Hal ini wajar terjadi. Namun, jika jumlah noda darah tersebut cukup banyak dan mengkhawatirkan, jangan ragu untuk segera membuat janji dengan dokter. 

Sebaliknya, tali pusat yang tidak kunjung puput juga bisa membuat Bunda khawatir. Jika dalam waktu lebih dari tiga minggu tali pusatnya tidak juga puput, sabar ya Bun. Tetap jaga area tali pusat bersih dan kering dan pastikan tidak tertutup bagian dari popok. Namun jika lebih dari 6 minggu belum lepas juga, ditambah ada gejala demam atau infeksi, periksakan ke dokter. 

Begitu tali pusatnya puput, tetap jaga area pusar bayi kering dan bersih. Mungkin saja Bunda melihat ada cairan berwarna kuning dan lengket keluar dari sini. Hal tersebut wajar dan kadang terjadi setelah tali pusat bayi lepas. 

Komplikasi tali pusat

Meski jarang terjadi, beberapa kondisi kesehatan dapat muncul akibat komplikasi tali pusat bayi, seperti: 

  • Omphalitis: Kondisi ini terjadi jika area sekitar pangkal tali pusat terinfeksi. Gejala yang timbul adalah bayi merasa resah, mengalami demam, area sekitar pangkal tali pusat menjadi lembek serta mengalami pendarahan atau ada cairan keluar dari pusar. 
  • Hernia tali pusat: Kondisi ini ditandai dengan terlihatnya sebagian usus di lingkaran pusar. Bukan kondisi serius dan biasanya akan membaik saat si kecil berusia 2 tahun. 
  • Umbilical granuloma: Adalah benjolan kecil berwarna pink kemerahan yang tidak lepas saat tali pusat puput. Benjolan ini tidak menyebabkan rasa sakit. Jika merasa terganggu dengan kehadirannya, dokter anak bisa menghilangkan benjolan dengan jahitan atau tindakan bedah minor. 

Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir


https://docs.google.com/document/d/1DGtJAXQ5GbzrMz2i7Dk3JhdbhNALwf6w/edit?usp=sharing&ouid=108831931640602655555&rtpof=true&sd=true

 “RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR”

KASUS:
Seorang ibu hamil yang pertama, melahirkan di BPM dengan umur kehamilan 40 minggu. Bayi lahir tidak menangis, megap-megap dan warna kulit kebiruan. Jelaskan tindakan yang dilakukan bidan jika menghadapi kasus tersebut.
SOLUSI:
Keputusan resusitasi BBL dilakukan jika ditemui kasus seperti diatas yaitu bayi tidak bernafas atau megap-megap. Maka langkah pertama yang kita lakukan yaitu:
TAHAP I. LANGKAH AWAL
Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap
- Sambil melakukan langkah awal
→Beritahu keluarga bayi perlu pertolongan nafas
→Minta 1 orang mendampingi ibu untuk memberi dukungan moral, menjaga dan   melaporkan jika ada perdarahan
LANGKAH AWAL
1.      Jaga bayi tetap hangat
-          Letakkan bayi diatas kain yang diletakkan diatas perut ibu
-          Bungkus dengan kain tersebut, potong tali pusat
-          Pindahkan bayi ke meja resusitasi
Namun jika belum terbiasa
-          Potong tali pusat diatas kain yang ada dibawah perineum ibu
-          Letakkan bayi diatas kain 45 cm dari perineum ibu
-          Bungkus bayi dengan kain tersebut
-          Pindahkan ke tempat resisutas
2.      Atur posisi bayi
-          Baringkan bayi telentang dengan kepala dekat penolong
-          Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
3.      Isap lendir
-          Gunakan alat pengisap De Lee
→Isap lendir mulut-hidung
→Pengisapan saat alat ditarik tidak pada waktu memasukkan
→Jangan melakukan pengisapan terlalu dalam mulut 5cm, dalam hidung 3 cm
4.      Keringkan dan rangsang bayi
-          Mulai muka, kepala, tubuh dengan sedikit tekanan dapat membantu bayi mulai nafas
-          Lakukan rangsangan taktil
→Menempuk/menyentil telapak kaki
→Menngosok punggung, dada, perut, tungkai dengan telapak tangan
5.      Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus
-          Ganti kain yang telah basah dengan kain dibawahnya
-          Bungkus bayi dengan kain tersebut jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi
-          Atur kembali posisi kepala sedikit ekstensi
6.      Lakukan penilaian terhadap bayi
-          Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap
→bila bayi bernafas normal, berikan bayi pada ibunya
Letakkan bayi di dada ibu, selimuti keduanya untuk penghangatan kulit ke kulit, anjurkan bayi disususi sambil dibelai
→bila tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi
TAHAP II. VENTILASI
VENTILASI
Tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara kedalam paru-paru dengan tekan positif
- membuka alveoli paru agar bayi bernafas spontan dan teratur
Langah-langkah
1.      Pasang sungkup
Sungkup digunakan menutupi mulut, hidung dan dagu bayi.
2.      Ventilasi 2 kali
-          Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
 Tiupan awal sangat penting
→ membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah  jalan nafas bayi terbuka
-          lihat apakah dada bayi mengembang
→Jika dada bayi tidak mengembang
-Periksa posisi kepala, pastikan kepala sudah ekstensi
  -Periksa posisis sungkup, pastikan tidak ada udara yang bocor
-Periksa cairan atau lendir dimulut, bila ada cairan atau lendir dimilut lakukan pengispan
→Jika dada mengembang
-Tahap berikutnya
            3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
                 - lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
                 - pastikan dada mengembang
                 - setelah 30 detik lakukan penilaian
                   Bayi bernafas normal
                   → hentikan ventilisasi dan pantau bayi, berikan asuhan pasca resusitasi
                   Bayi belum bernafas normal atau megap-megap
                   → lanjutkan ventilasi
4.      Ventilasi
Setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian
-lanjutkan ventilasi 20x/30 detik ( tekanan 20 cm air )
-hentikan ventilasi setiap 30 detik
-penilaian bayi : bernafas, tidak bernafas atau megap-megap
Bernafas normal : hentikan ventilasi, pantau bayi, berikan asuhan pasca resusitasi
Tidak bernafas/megap-megap : ventilasi 20x/30 detik-penilaian/30 detik
5.      Rujuk bila bayi belum bernafas normal sesudah 2 menit
Keluarga-siapkan rujukan-tetap resusitasi
6.      Lanjutkan ventilasi hentikan setelah 20 menit
-lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
-ventilasi sesudah 20 menit
 Tidak berhasil → hentikan → tidak bernafas normal lebih dari 20 menit resusitasi dapat mengakibatkan kerusakan otak, kecacatan berat bahkan meninggal.

Tuesday, January 18, 2022

Asuhan Bayi Baru Lahir Dan Balita Berdasarkan Evidence Based

 


ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN BALITA BERDASARKAN EVIDENCE BASED


1. Baby Friendly
Baby friendly atau dikenal dengan Baby Friendly Initiative (inisiasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/ UNICEF pada tahun 1991 untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi dan kelanjutan menyusui.  Program ini mendorong rumah sakit dan fasilitas bersalin yang menawarkan tingkat optimal perawatan untuk ibu dan bayi. Sebuah fasilitas Baby Friendly Hospital/ Maternity berfokus pada kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk memberikan bayi mereka awal kehidupan yang baik. 

Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang bayi mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai dan terus menyusui bayi mereka dan akan menerima penghargaan khusus karena telah melakukannya. Sejak awal program, lebih dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan program baby friendly. Negara-negara industri seperti Australia, Austria, Denmark, Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat telah resmi di tetapka sebagai rumah sakit sayang bayi.

Dalam rangka mencapai program Baby Friendly Inisiative, semua provider rumah sakit dan fasilitas bersalin akan:

  1. Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui secara rutin dan dikomunikasikan kepada semua staf tenaga kesehatan.
  2. Melatih semua staf tenaga kesehatan dalam keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan ini.
  3. Memberi tahu semua ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusui
  4. Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam waktu setengah jam kelahiran.
  5. Tampilkan pada ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan menyusui jika mereka harus dipisahkan dari bayi mereka.
  6. Berikan ASI pada bayi baru lahir, kecuali jika ada indikasi medis.
  7. Praktek rooming-in agar memungkinkan ibu dan bayi tetap bersama-sama
  8. Mendorong menyusui on demand
  9. Tidak memberikan dot kepada bayi menyusui
  10. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu menghubungi mereka setelah pulang dari rumah sakit atau klinik.
2. Memulai Pemberian Asi Dini dan Ekslusif
Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk peningkatan sumber daya manusia antara lain dengan jalan memberikan ASI sedini mungkin (IMD) yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir yang akhirnya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu selekas mungkin setelah seluruh badan dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak tangannya. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu, dengan demikian ini menuntun bayi untuk menemukan puting. Lemak (verniks) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan tetap menempel. Kontak antar kulit ini bisa dilakukan sekitar satu jam sampai bayi selesai menyusu. Selain mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan bayi pada jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi menstimulasi hormon oksitosin yang dapat membuat rahim ibu berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali ke ukuran semula. Proses ini juga membantu pengeluaran plasenta, mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain yang dapat meningkatkan ambang nyeri, membuat perasaan lebih rileks, bahagia, serta lebih mencintai bayi.

Tatalaksana inisiasi menyusu dini:

  1. Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri yang tinggi dan membutuhkan dukungan yang kuat dari sang suami dan keluarga, jadi akan membantu ibu apabila saat inisiasi menyusu dini suami atau keluarga mendampinginya.
  2. Obat-obatan kimiawi, seperti pijat, aroma therapi, bergerak, hypnobirthing dan lain sebagainya coba untuk dihindari.
  3. Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena dia yang akan menjalaninya.
  4. Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi.
  5. Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin contact, selimuti keduanya dan andai memungkinkan dan dianggap perlu beri si bayi topi.
  6. Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke puting ibunya.
  7. Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu (pre-feeding) yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih, diantaranya:
      • Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan.
          • Memasukan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau mengelurkan suara.
          • Bergerak ke arah payudara.
          • Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran.
          • Menyentuh puting susu dengan tangannya.
          • Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting) melekat dengan mulut terbuka lebar.
          • Biarkan bayi dalam posisi skin to skin contact sampai proses menyusu pertama selesai.

  • Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan seperti operasi, berikan kesempatan skin to skin contact.
  • Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan di ukur setelah menyusu awal. Tunda prosedur yang invasif seperti suntikan vit K dan menetes mata bayi.
  • Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi. Andaikan bayi dipisahkan dari ibunya, yang terjadi kemudian ibu tidak bisa merespon bayinya dengan cepat sehingga mempunyai potensi untuk diberikan susu formula, jadi akan lebih membantu apabila bayi tetapi bersama ibunya selama 24 jam dan selalu hindari makanan atau minuman pre-laktal.

Setelah pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), selanjutnya bayi diberikan ASI secara eksklusif. Yang dimaksud dengan pemberian ASI secara eksklusif di sini adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0 - 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, baru ia mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat terus diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM di masa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini. Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena ASI merupakan nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

3. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir dengan Kontak Kulit ke Kulit
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Kontak kulit bayi dengan ibu dengan perawatan metode kangguru dapat mepertahankan suhu bayi dan mencegah bayi kedinginan/ hipotermi. Keuntungan cara perawatan bayi dengan metode ini selain bisa memberikan kehangatan, bayi juga akan lebih sering menetek, banyak tidur, tidak rewel dan kenaikan berat badan bayi lebih cepat. Ibu pun akan merasa lebih dekat dengan bayi, bahkan ibu bisa tetap beraktivitas sambil menggendong bayinya.

Cara melakukannya:

  • Gunakan tutup kepala karena 25% panas hilang pada bayi baru lahir adalah melalui kepala
  • Dekap bayi diantara payudara ibu dengan posisi bayi telungkup dan posisi kaki seperti kodok serta kepala menoleh ke satu sisi.
  • Metode kangguru bisa dilakukan dalam posisi ibu tidur dan istirahat
  • Metode ini dapat dilakukan pada ibu, bapak atau anggota keluarga yang dewasa lainnya.
Kontak kulit ke kulit sangat berguna untuk memberi bayi kesempatan dalam menemukan puting ibunya, sebelum memulai proses menyusui untuk pertama kalinya. Inilah kunci dari inisiasi menyusui dini yang akan sangat berpengaruh dalam proses ASI Eksklusif selama 6 bulan setelahnya.

4. Pemotongan Tali Pusat
Berdasarkan evidence based, pemotongan tali pusat lebih baik ditunda karena sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi ibunya. Mengingat fenomena yang terjadi di Indonesia antara lain tingginya angka morbiditas ataupun mortalitas pada bayi salah satunya yang disebabkan karena Asfiksia Hyperbillirubinemia/ icterik neonatorum, selain itu juga meningkatnya dengan tajam kejadian autis pada anak-anak di Indonesia tahun ke tahun tanpa tahu pemicu penyebabnya. Ternyata salah satu asumsi sementara atas kasus fenomena di atas adalah karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping) di langkah APN yaitu pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir. Benar atau tidaknya asumsi tersebut, beberapa hasil penelitian dari jurnal-jurnal internasional di bawah ini mungkin bisa menjawab pertanyaan di atas.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinmond, S. et al. (1993) menunjukkan bahwa pada bayi prematur, ketika pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 30 menit atau lebih, maka bayi akan:

  1. Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk tranfusi darah
  2. Terbukti sedikit mengalami gangguan pernapasan
  3. Hasil tes menunjukkan tingginya level oksigen
  4. Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan dengan bayi yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir
  5. Mengurangi resiko perdarahan pada kala III persalinan
  6. Menunjukkan jumlah hematokrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih baik.
Dalam jurnal ilmiah yang dilakukan oleh George Marcom Morley (2007) dikatakan bahwa seluruh proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah kelahiran, dan pada saat bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah muda, menandakan prosesnya sudah komplit. Menjepit dan memotong tali pusat pada saat proses sedang berlangsung, dari sirkulasi oksigen janin menjadi sistem sirkulasi bayi sangat menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa menyebabkan penyakit serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa saat talipusat dilakukan pengekleman, pulse rate dan cardiac out put berkurang 50% karena 50% dari vena yang kembali ke jantung telah dimatikan (clamped off). Banyak sekali akibat yang tidak menguntungkan pada pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir dan dalam penelitian ini dikatakan resiko untuk terjadinya brain injury, cerebral palsy, asfiksia, autis, kejadian bayi kuning bahkan anemia pada bayi sangatlah banyak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eillen K. Hutton (2007) bahwa dengan penundaan pemotongan tali pusat dapat:

  • Peningkatan kadar hematokrit dalam darah
  • Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah
  • Penurunan angka Anemia pada bayi
  • Penurunan resiko jaudice/ bayi kuning
Mencermati dari hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa pemotongan tali pusat dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat betapa besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun kematian yang dapat terjadi.




Memandikan Bayi

Memandikan bayi mebutuhkan keahlian dan pengetahuan khusus, informasi tentang cara memandikan bayi baru lahir ini sangat bermanfaat untuk or...